Maos Sholawat – Seorang Muslim yang telah memperoleh kebaikan namun tidak mampu meningkatkan atau justru kebaikan tersebut berkurang terus, maka seperti seseorang yang menguraikan kembali benang yang sudah dipintal dengan kuat. Hal ini disampaikan Gus Naja dalam merefleksikan mereka yang tak mampu mempertahankan kebaikannya yang dilakukan. Seperti syiir nasihat berikut ini, yang bisa juga dilihat videonya di Channel Youtube Maos Sholawat Official.
Wong urip ora iso ngandalne amale
tapi kudu arep arep rohmate Gusti Allah,
sebab sing dadi ukuran besok nang ngersane Allah
iku ora sebab amale ananging sebab oleh rahmate Allah
lah rohamate Allah iku bakal diperoleh
Lamun wong iku ngelakoni kebagusan koyo dawue Allah
اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
“ Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan”
Akan tetapi dalam peningkatan amal kebaikan, ibadah, ada yang perlu disadari setiap Muslim yaitu agar jangan mempunyai pandangan atau mengandalkan amal-amal yang dikerjakan sebagai yang akan menyelamatkan diri di akhirat dan memasukan ke surga.
Bisa jadi amal yang dikerjakan tidak memenuhi syarat yang dikehendaki Allah SWT atau karena terdapat sifat riya.
Selain itu bahwa tidak ada seorang pun yang masuk surga karena amalnya. Tetapi hanya karena rahmat Allah SWT, maka seorang hamba dapat masuk ke dalam surga-Nya.
Itu sebabnya orang-orang saleh terdahulu mengajarkan doa memohon ampun kepada Allah dan meyakini bahwa ampunan Allah lebih luas dari dosa-dosa yang dikerjakannya. Serta menyadari bahwa rahmat Allah lebih diandalkan dibanding amal-amal yang dikerjakannya.
Untuk mencapai keimanan ketakwaan yang lebih tinggi harus terus diusahakan. Para sufi mengajarkan bahwa menuju Allah adalah perjalanan mendaki.
Karenanya seseorang jangan membawa beban dalam perjalanan. Dosa adalah beban yang harus ditinggalkan seorang hamba untuk menuju Allah. Semakin tinggi, maka banyak ketakutan dan rayuan untuk berhenti dan turun.
Sehingga persoalan utama untuk meningkatkan kebaikan-kebaikan adalah tekad yang kuat dari seorang hamba. Karenanya seorang hamba dapat memulainya dengan mengenali dirinya terlebih dulu untuk selanjutnya dapat mengetahui kelemahan diri dan tantangan yang dihadapi untuk meningkatkan ketakwaan. Ini sebagaimana firman Allah dalam surat As Syams ayat 8-10.
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” *