Pondok pesantren Wali Songo di Desa Lajolor, Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban memasuki usia ke 45 tahun. Peringatan Hari Jadi Pondok Pesantren Wali Songo Gomang yang merupakan agenda tahunan ini rutin dilaksanakan setiap tanggal 8 Malam 9 Muharram. Pada tahun ini, Pondok Pesantren Wali Songo Gomang menggelar puncak acara peringatan Hari Jadi Pondok Pesantren Wali Songo Gomang di halaman Pondok Pesantren.
Acara Milad Pondok Pesantren Wali Songo Gomang berjalan khidmat dengan dihadiri ratusan santri, masyarakat dan tamu undangan. Diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qurán kemudian pembacaan tahlil Akbar dan juga istighosah, hingga sambutan pengasuh Pondok Pesantren Wali Songo Gomang oleh KH. KPP. Noer Nasroh Hadiningrat.
Dalam sambutannya KH KPP. Noer Nasroh Hadiningrat menceritakan cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Wali Songo Gomang Tuban yang didirikan pada tahun 1977, hingga suatu ketika juga pernah dijadikan tempat musyawarah terkait peralihan kepemimpinan Indonesia yang dihadiri oleh sejumlah tokoh besar dan juga Gus Dur.
“Waktu itu di hari jadi pondok yang ke 20, pernah dihadiri oleh Gus Dur, Mbah Lim KH Hasyim Muzadi, hingga Mbah yai Zawawi Asad dan tokoh – tokoh besar, sempat pondok ini dibuat musyawarah terkait peralihan kepemimpinan Negara Indonesia,” ujar KH. KPP Noer Nasroh Hadiningrat.
Pasalnya saat itu Indonesia dalam keadaan carut marut, sehingga dalam musyawarah tersebut mempertanyakan sosok siapa yang layak untuk memulihkan Negara Indonesia agar bisa hidup rukun kembali. Diantara beberapa tokoh nasioanal yang dianggap bisa merangkul berbagai golongan sosok yang tepat yaitu Gus Dur.
“Gus Dur dan para kyai sempat bermalam dan melakukan musyawarah untuk memilih sosok yang tepat yang bisa merangkul dan ngemong antara pribumi, orang asing, serta antar umat beragama, sehngga yang paling tepat yaitu Gus Dur dan wajib untuk menjadi presiden,” Cerita KH. KPP Noer Nasroh Hadiningrat.
Kemudian ketika itu KH. Hasyim Muzadi yang juga ikut dalam musyawarah di Pondok Pesantren Wali Songo Gomang Tuban ini menyampaikan syaratnya agar bisa menjadi presiden itu apa yang harus dipakai. Tak lama KH. KPP Noer Nasroh Hadiningrat menyambungnya agar membawa pusaka kyai sengkelat.
“Ketika itu Mbah Lim kedah mriki ngasto pusaka sengkelat, Gus Dur memperhatikan sanget, kyai sengkelat iku opo tanya Gus Dur ketika itu,” katanya.
KH. KPP Noer Nasroh Hadiningrat menceritakan jika pusaka kyai sengkelat itu bahannya besi pulosani dari Sunan Kalijaga yang diberikan pada Empu Supo, yang merupakan saudara iparnya karene menikah dengan Dewi Roso Wulan.
“Saat itu Sunan Kalijogo dawuh aku gawekne pusoko iki, sunan kalijaga membaca bakat dan budaya yang berada di masyarakat, wong iku nek isane gawene keris ya dikasih pekerjaan membuat keris, kalau orang sukanya dalang ya dibuatkan pekerjaan wayang, sehingga Sunan Kalijogo merupakan sosok yang pinter ngemong,” tuturnya.